Halaman

Sabtu, 14 April 2012

Teknik Penulisan Soal Bentuk Uraian


TEKNIK PENULISAN SOAL BENTUK URAIAN

Pengertian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Selain mengukur kemampuan siswa dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas, juga menyangkut pengukuran kemampuan siswa dalam hal menguraikan atau memadukan gagasan-gagasan, atau menyelesaikan hitungan-hitungan terhadap materi atau konsep tertentu seperti terdapat dalam mata pelajaran Matematika dan IPA secara tertulis.
Berdasarkan penyekorannya, soal bentuk uraian diklasifikasikan atas uraian objektif dan uraian nonobjektif. Soal bentuk uaraian objektif (BUO) adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tetrtentu sehingga penyekorannya dapat dilakukan secara objektif. Sedangkan soal bentuk uraian nonobjektif (BUNO) adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian atau konsep menurut pendapat masing-masing siswa sehingga penyekorannya mengandung unsur subjektifitas (sukar dilakukan secara objektif).


Perbandingan antara Soal BUO dan BUNO
Perbedaan antara soal BUO dan BUNO terletak pada kepastian penyekorannya. Pada soal BUO kunci jawaban dan pedoman penyekorannya lebih pasti (diuraikan secara jelashal-hal komponen yang diskor dan berapa besarnya skor untuk setiap komponen). Pada soal BUNO pengaruh unsur subjektifitas dalam penyekoran dapat dikurangi dengan cara membuat rentang skor untuk setiap kriteria. Dengan kata lain, pedoman yang rinci dan jelas dapat digunakan oleh orang yang berbeda untuk menyekor jawaban masing-masing siswa sehingga hasil penyekorannya relatif sama.
Skor soal BUNO dinyatakan dalam bentuk rentangan karena hal-hal atau komponen yang diskor hanya diuraikan secara garis besar dan berupa krteria tertentu.


Keunggulan dan Keterbatasan
Secara umum keunggulan soal bentuk uraian adalah dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiiri.
Sedangkan beberapa kelemahannya, antara lain adalah jumlah materi atau pokok bahasan yang dapat ditanyakan sangat terbatas, waktu untuk memeriksa jawaban siswa cukup lama, pensekorannya relatif subjektif, khususnya untuk soal BUNO, dan tingkat reliabilitasnya relatif renda dibanding dengan soal-soal bentuk ilihan ganda. 

Kaidah-kaidah Penulisan Soal Bentuk Uraian
Pada dasarnya setiap penulisan soal bentuk uaraian harus selalu berpedoman pada langkah-langkah atau kaidah-kaidah penulisan soal secara mum, misalnya mengacu pada kisi-kisi tes yang telah dibuat dan tujuan soalnya jelas.
Dalam menulis bentuk uraian, seorang penulis soal harus sudah mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman, dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini merupakan kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan. Hal ini harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya. Dengan adanya batasan ruang lingkup tersebut, kemungkinan terjadinya ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penyekoran.           
 Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soaol bentuk uraian adalah; a) materi, b) konstruksi, dan c) bahasa. Secara rinci kaidah tersebut diuraikan di bawah ini.

A. Materi
1.      Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal arus mananyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.
2.      Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang ingkup) harus jelas.
3.      Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
4.      Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.

B. Konstruksi
1.      Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: mengapa uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut uraian, misalnya: siapa, di mana, kapan. Demikian juga kalimat tanya yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak.
2.      Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3.      Buatlah pedoman penyekoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penyekoranya, besarnya skor bagi setiap komponen, serta rentangan skor yang dapat diperoleh untuk soal yang bersangkutan.
4.      Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, rafk, peta, atau yang sejenisnya, harus disajikan dengan jelas dan terbaca sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.

C. Bahasa
1.      Rumusan kalimat soal harus komunikatif, yaitu menggunakan bahasa yang sederhana dan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal siswa.
2.      Butir soal menngunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3.      Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
4.      Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk tingkat daerah atau nasional.
5.      Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang menyingung perasaan siswa.

Penyusunan Pedoman Penyekoran
Pedoman penyekoran merupakan panduan atau petunjuk yang menjelaskan tentang:
1.      batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penyekoran terhadap soal-soal BUO.
2.      kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penyekoran terhadap soal-soal BUNO.
Pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut. Banyak penulis soal yang memiliki kebiasaan kurang baik seperti menuliskan pedoman pemberian skor soal bentuk uraian ketika akan memeriksapekerjaan siswa. Cara ini kurang baik an kurang dapat dipertanggungjawabakankarena dapat mempengaruhi objektifitas penyekoran dan penilaian. Bila cara ini digunakan guru, maka objektifitas yang diinginkan dalam tes bentuk araian tidak akan dapat tercapai.

Perbandingan antara Bentuk Soal Pilihan Ganda dan Uraian
Karakteristik
Uraian
Pilihan Ganda
Penulisan Soal
Relatif mudah
Relatif sukar
Jumlah Pokok Bahasan yang Ditanyakan
Terbatas
Lebih banyak
Aspek yang Diukur
Dapat lebih ari satu
Hanya satu
Persiapan Siswa
Penekanannya pada kedalaman materi
Lebih menekankan pada keluasan materi
Jawaban Siswa
Mengorganisasikan jawaban
Memilih jawaban
Kecenderungan menebak
Tidak ada
Ada
Penyekoran
Sukar, lama, kurang konsisten (reliabel) dan subjektif
Mudah, cepat, sangat konsisten dan objektif

Contoh-contoh pedoman penyekoran serta cara-cara melakukan penyekoran untuk kedua jenis soal uraian (BUO dan BUNO) adalah sebagai berikut:

A. Uraian Objektif
Jenis Sekolah     : SD
Mata Pelajaran   : Matematika
Kelas/Cawu       : 6/II
PB/SPB             : 9.1
Indikator           : Siswa dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan ukurannya.
Butir Soal          : Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (Untuk mengerjakannya tuliskan langkah-langkahnya).


Pedoman Penyekoran

LANGKAH
KUNCI JAWABAN
SKOR
1
2
3
4


5
Isi balok  = panjang x lebar x tinggi
                = 150 cm x 80 cm x 75 cm
                = 900.000 cm3
Isi Bak mandi dalam liter =  900.000
                                                             liter
                                                  1.000
                = 900 liter
1
1
1

1

1
Skor maksimum
5


B. Uraian Nonobjektif

Jenis Sekolah     : SD
Mata Pelajaran   : PPKn
Kelas/Cawu       : 6/I
PB/SPB             : Persatuan dan Kesatuan
Indikator           : Siswa dapat menjelaskan tentang rasa bangganya sebagai bangsa Indonesia.
Butir Soal          : Jelaskan alasan apa saja yang membuat kita perlu berbangga sebagai bangsa Indonesia! 

Jawaban boleh bermacam-macam, namun pada pokoknya jawaban dapat dikelompokkan sebagai berikut:



KRITERIA JAWABAN
RENTANG SKOR
Kebanggan yang berkaitan dengan alam Indonesia
0 – 2
Kebanggan yang berkaitan dengan keindahan tanah air Indonesia (pemandangan alamnya, geografisnya, dsb.)
0 – 2
Kebanggan yang berkaitan dengan kenekaragaman budaya, suku, adat istiadat, tetapi dapat bersatu
0 – 2
Kebanggan yang berkaitan dengan keramahtamahan masyarakat Indonesia
0 – 2
Skor mkasimum
8


 Pembobotan Soal Uraian

 Pembobotan

Pembobotan soal adalah pemberian bobot kepada suatu soal dengan cara membandingkannya dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama. Dengan demikian, pembobotan soal uraian hanya dapat dilakukan dalam penyusunan perangkat tes. Apabila suatu soal uraian berdiri sendiri maka tidak dapat dihitung atau ditetapkan bobotnya.
Bobot setiap soal uraian yang ada dalam suatu perangkat tes ditentukan dengan mempetimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan materinya dan karakteristik soal itu sendiri, seperti luas lingkup materi yang hendak dibuatkan soalnya, esensialitas dan tingkat kedalaman materi yang ditanyakan, dan tingkat kesukaran soal tersebut.
Di samping faktor-faktor tersebut, hal-hal lain yang perlu pula dipertimbangkan dalam pembobotan soal uraian adalah skala penskoran yang hendak digunakan, misalnya skala 10, skala 100. Apabila digunakan skala 10, misalnya, maka jumlah bobot semua soal itu harus 10 dan terbagi dalam semua soal yang ditanyakan. Dengan demikian, andaikata ada tiga soal. Mungkin saja soal No. 1 bobotnya 5, soal No. 2 bobotnya 2, dan soal No. 3 bobotnya 3. Apabila digunakan skala 100, maka jumlah bobot semua soal yang ditanyakan dalam perangkat tes itu harus 100, yang dirincikan dalam setiap soal yang ditanyakan. Hal ini semata-mata untuk memudahkan penghitungan skor.
Sebagaimana telah dikatakan di atas, tiap soal uraian, Baik BUO maupun BUNO, mempunyai skor mentah maksimum sendiri. Skor mentah maksimum suatu butir soal uraian tidak ada hubungannya dengan bobot soal tersebut. Dengan demikian, suatu soal dengan skor mentah maksimum 6, misalnya, dapat mempunyai bobot soal yang sama dengan skor mentah maksimum itu, dapat pula lebih rendah atau lebih tinggi daripada skor mentah maksimum itu.
Skor jadi yang diperoleh siswa yang menjawab suatu butir soal uraian ditetapkan dengan jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan skor mentah maksimum soal dan kemudian dikalikan dengan bobot soal tersebut. Rumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah:

             A
SBS =           x   C
             B

Catatan:  SBS  = Skor Butir Soal
                    A =  skor mentah yang diperoleh siswa untuk butir soal itu
                    B =  skor mentah maksimum soal tersebut.
                    C =  bobot soal

Setelah diperoleh skor pada setiap soal (SBS), maka dapat dihitung total skor butir soal sebagai skor total siswa (STS) untuk serangkaian soal dalam tes itu, dengan menggunakan rumus:

STS  =  å  SBS

Contoh:

A. STS = Total bobot soal
* Dengan skala 10


No. Soal
Skor Mentah Perolehan
Skor Mentah Maksimum
Bobot Soal
Skor Butir Soal
(A)
(B)
(C)
(SBS)
1.
60
60
20
20,00
2.
40
40
30
30,00
3.
20
20
30
30,00
4.
20
20
20
20,00
Jumlah
140
140
100
100,00(STS)


B. STS  ¹  Total bobot soal
* Dengan skala 100


No. Soal
Skor Mentah
Skor Mentah Maksimum
Bobot Soal
Skor Butir Soal
(A)
(B)
(C)
(SBS)
1.
30
60
20
10,00
2.
40
40
30
30,00
3.
20
20
30
30,00
4.
10
20
20
10,00
Jumlah
100
140
100
80,00(STS)


Dalam penghitungan skor untuk satu butir soal (SBS) dan dalam penghitungan skor total siswa (STS) untuk suatu perangkat tes, tidak terdapat perbedaan antara soal uaraian objektif dan soal uraian nonobjektif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar